Jumat, 04 Februari 2011

ajienfathurie@yahoo.co.id


Capacitor Discharge Ignition (CDI)
merupakan sistem pengapian elektronik yang sangat populer
digunakan pada sepeda motor
saat ini. Sistem pengapian CDI terbukti lebih menguntungkan dan lebih baik
dibanding sistem pengapian konven-sional (menggunakan platina). Dengan
sistem CDI, tegangan pengapian
yang dihasilkan lebih besar (sekitar 40 KV) dan stabil sehingga proses
pembakaran campuran bensin dan udara bisa berpeluang makin sempurna
Dengan demikian, terjadinya endapan karbon pada busi juga bisa dihindari. Selain itu, dengan sistem CDI tidak memerlukan penyetelan seperti penyetelan pada platina. Peran platina telah digantikan oleh oleh thyristor sebagai saklar elektronik dan pulser coil atau “pick-up coil” (koil pulsa generator) yang dipasang dekat flywheel generator atau rotor alternator (kadang-kadang pulser coil menyatu sebagai bagian dari komponen dalam piringan stator, kadang-kadang dipasang secara terpisah).
Secara umum beberapa kelebihan sistem pengapian CDI dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional adalah antara lain :
1. Tidak memerlukan penyetelan saat pengapian, karena saat pengapian terjadi secara otomatis
yang diatur secara elektronik.
2. Lebih stabil, karena tidak ada loncatan bunga api seperti yang terjadi pada breaker point (platina) sistem pengapian konvensional.
3. Mesin mudah distart, karena tidak tergantung pada kondisi platina.
4. Unit CDI dikemas dalam kotak plastik yang dicetak sehingga tahan terhadap air dan
goncangan.
5. Pemeliharaan lebih mudah, karena kemungkinan aus pada titik kontak platina tidak ada.

Cara Kerja Sistem Pengapian CDI

Pada saat magnet permanen (dalam flywheel
magnet) berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari source coil seperti terlihat pada gambar disamping. Arus ini akan diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI unit. Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR (thyristor) bekerja. Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Dengan adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus listrik dari anoda
(A) ke katoda (K). Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan induksi sendiri. Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut
selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar. Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan
waktu pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerja
lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge) sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengan
cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada busi.

SISTEM PENGAPIAN BATERAI
21.11.09

Sistem pengapian (Ignition system) pada automobil berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi 10 KV atau lebih dengan menggunakan ignition coil di mana tegangan tersebut dibagikan ke tiap busi oleh distributor. Konstruksi sistem pengapian konvensial terdiri atas:
1. Baterai
Baterai menyediakan arus listrik tegangan
rendah (12 V).
2. Ignition coil berfungsi untuk menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
3. Distributor terdiri dari atas cam (nok), membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft poros engkol yang tepat untuk masing-masing silinder.
*Breakerpoint (platina)
Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer dari ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan jalan induksi magnetik listrik.
* Capasitor atau kondensor
Menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breaker point pada saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder.
* Centrifugal governor advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.
*Vacuum advancer
Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.
*Rotor
Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke tiap-tiap busi.
*Distributor Cap
Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.
4. Kabel tegangan tinggi(high tension cord)
Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.
5. Mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga melalui elektrodanya.

SISTEM PENGAPIAN MAGNET
24.11.09

Sistem pengapian ini adalah salah satu sistem pada motor bakar yang penting untuk diperhatikan. Sistem penyalaan ini erat hubungannya dengan tenaga (daya) yang dibangkitkan oleh suatu mesin. Apabila sistem ini tidak bekerja dengan baik dan tepat, maka hal ini dapat mengganggu kelancaran pembakaran dengan bahan bakar dan udara di dalam selinder, sehingga tenaga yang dihasilkan oleh mesin berkurang. Pada sistem baterai, supply arus listrik berasal dari baterai, sedangkan pada sistem magnet arus listrik berasal dari generator AC.
ajienfathurie@yahoo.co.id
Pengertian Transmisi Otomatis

Transmisi Otomatis, atau Automatic Transmission merupakan istilah yang umum
digunakan di dunia otomotif.Trans mis i disinipun beda halnya dengan transmisi dalam
bidang telekomunikasi. Walaupun pada hakikatnya memiliki pemahaman yang sama,
yaitu “menyalurkan”. Jika pada bidang telekomunikasi istilah transmisi dapat diartikan
‘menyalurkan informasi’, sedangkan pada bidang Mekanik atau Otomatif, transmisi dapat
diartikan ‘menyalurkan gaya’.Istilah Automatic Transmission dan Manual Transmission
ini pertama kali kudengar dari game-game driving. Penyebutannya pun disingkat menjadi
AT dan MT. Balapan yang menggunakan mode MT, terasa lebih sukar untuk dimainkan
daripada menggunakan mode AT. Pada mode MT, kita harus memikirkan untuk
mengganti gigi transmisi untuk mendapat kecepatan yang efektif. Sedang pada mode AT,
kita cukup menekan tombol gas, setelah itu tinggal berpikir bagaimana berbelok
menyusuri arena balap tanpa banyak menabrak.

Pada kendaraan sebenarnya, Automatic Transmission memiliki beberapa mode.
Mode Parking (P) digunakan jika kendaraan berhenti lama, atau pada saat mobil akan
dinyalakan. Dalam mode Parking ini, mobil akan susah didorong karena roda akan
terkunci untuk berputar. Mode Reverse (R), seperti umumnya mode transmisi, mode R
ini digunakan untuk mundur. Mode Drive (D), merupakan mode yang paling sering
digunakan di kendaraan automatic transmission. Dalam mode ini kendaraan cukup
ditekan tuas throttle, maka kendaraan pun akan meluncur hingga kecepatan maximum
yang kita inginkan. Mode Neutral (N), mode Neutral sama halnya dengan transmisi
manual, mode ini digunakan jika kendaraan berhenti sejenak seperti saat menunggu
lampu merah di persimpangan jalan.

Pada mode Neutral ini tidak perlu khawatir kendaraan akan melompat jika tuas
throttle terinjak. Selain empat mode yang sudah di sebutkan tadi, biasanya dapat
ditambah beberapa mode lagi. Mode ini dapat dinamai dengan berbagai macam kode,
misalkan mode S dan L1, yang terus terang aku kurang mengerti apa makna dari kode itu,
yang jelas, mode ini di gunakan untuk membatasi kecepatan kendaraan terhadap
perputaran mesin. Misalkan kendaraan digunakan untuk menanjak yang panjang atau
untuk menembus genangan air yang tinggi, mode transmasi ini cocok karena perputaran
mesin dapat diset dengan perputaran yang tinggi dan kendaraan tidak melaju terlalu
kencang.Pada kendaraan transmisi otomatis, sama halnya dengan game-game driving AT,
tuas yang diperlukan pun lebih sederhana, yaitu gas dan rem. Bagi yang belum pernah
mengendarai mobil, mungkin solusi Automatic Transmission, bisa menjadi solusi terbaik.
Cukup tekan tuas gas dan kendaraan pun langsung berjalan dengan lancar. Walaupun
secara logika, transmisi otomatis sangat mudah untuk digunakan, tapi lain halnya jika
sudah terbiasa dengan transmisi manual. Ketiadaan tuaskopling, seringkali cukup
mengganggu dalam proses mengendara, terutama saat kendaraan berjalan dari satu lampu
merah ke lampu merah yang lain. Reflex untuk menginjak tuas kopling saat kendaraan
melambat, membuat tuas rem menjadi terinjak di saat yang belum tepat. Kendaraan pun
jadi tersendat-sendat tidak nyaman.
ajienfathurie@yahoo.co.id

Sistem transmisi
Sistem transmisi, dalam otomotif, adalah sistem yang menjadi penghantar energi
dari mesin ke diferensial dan as. Dengan memutar as, roda dapat berputar dan
menggerakkan mobil.
Transmisi diperlukan karena mesin pembakaran yang umumnya digunakan dalam mobil merupakan mesin pembakaran internal yang menghasilkan putaran (rotasi) antara 600 sampai 6000 rpm. Sedangkan, roda berputar pada kecepatan rotasi antara 0 sampai 2500 rpm.
Sekarang ini, terdapat dua sistem transmisi yang umum, yaitu transmisi manual
dan transmisi otomatis. Terdapat juga sistem-sistem transmisi yang merupakan gabungan
antara kedua sistem tersebut, namun ini merupakan perkembangan terakhir yang baru
dapat ditemukan pada mobil-mobil berteknologi tinggi dan merek-merek tertentu saja.
Transmisi manual merupakan salah satu jenis transmisi yang banyak
dipergunakan dengan alasan perawatan yang lebih mudah. Biasanya pada transimi
manual terdiri dari 3 sampai dengan 7 speed.
Transmisi semi otomatis adalah transmisi yang dapat membuat kita dapat
merasakan sistem transmisi manual atau otomatis, bila kita sedang menggunakan sistem
transmisi manual kita tidak perlu menginjak pedal kopling karena pada sistem transmisi
ini pedal kopling sudah teratur secara otomatis.
Transmisi otomatis terdiri dari 3 bagian utama, yaitu : Torque converter,
Planetary gear unit, dan Hydraulic control unit. Torque converter berfungsi sebagai
kopling otomatis dan dapat memperbesar momen mesin. Sedangkan Torque converter
terdiri dari Pump impeller, Turbine runner, dan Stator. Stator terletak diantara impeller
dan turbine. Torque converter diisi dengan ATF (Automatic Transmition Fluid). Momen
mesin dipindahkan dengan adanya aliran fluida.
Perawatan Mobil Transmisi Otomatis
Mengendarai mobil menggunakan transmisi otomatis (biasanya di sebut mobil
"matic" ),memang mudah. Kita tak perlu menginjak pedal kopling yang membuat kaki
kiri cepat lelah. Apalagi dalam kondisi macet, bisa dibayangkan betapa tersiksanya
mengemudi dengan kaki yang pegal-pegal. Mobil bertransmisi otomotis tersebut memang
bisa disebut solusi. Namun kita dituntut tetap perlu mengenal petunjuk
mengemudikannya secara benar.
Kenalilah terlebih dahulu fungsi setiap huruf dan angka yang tertera di
tuas transmisi. Misalnya angka 1, digunakan ketika melewati tanjakan
tajam dan turunan curam sebagai engine brake. Angka 2, disarankan dipakai
ketika menghadapi jalan yang menanjak dan menurun tapi tidak terlalu curam. Sementara
posisi D bisa digunakan dalam perjalanan dalam kota atau luar kota. Terakhir gunakan R
untuk mundur.
Cepat atau tidaknya kerusakan pada transmisi otomatis tergantung dari
pemakaiannya sendiri. Mungkin saja berawal dari cara berkendara yang
kasar, ataupun kendaraan yang membawa beban lebih. Bila kendaraan
diperlakukan dengan benar dan memang seharusnya dirawat dengan baik, maka kecil
kemungkinan transmisi akan mengalami kerusakan dengan sendirinya. Berikut tips yang
bisa diaplikasikan pemilik mobil bertransmisi otomatis Sesuaikan pelumas yang
digunakan dengan spesifikasi yang disyaratkan pabrikan kendaraan tersebut. Biasanya
kemasan pelumas khusus transmisi ditandai dengan tulisan ATF (Automatic
Transmission Fluid).
Periksa secara rutin tabung penyimpanan oli transmisi otomatis,tidak boleh
kekurangan ataupun kelebihan dengan melihat tanda minimal dan maksimal. Bila
kekurangan oli, berakibat transmisi kurang terlumasi dengan baik, sehingga timbullah
gesekan yang bisa menyebabkan kerusakan. Bila kelebihan, biasanya akan timbul efek
mobil akan terasa berat dalam berakselerasi. Perhatikan dengan serius jadwal
penggantian oli harus sesuai buku petunjuk. Biasanya penggantian oli dilakukan setiap
40.000 km, namun ada juga yang mengganti oli pada jangka waktu 20.000 km-30.000
km.
Pindahkan tuas transmisi ke posisi N apabila mobil berhenti di traffic light untuk
mencegah keausan. Jangan menggunakan D sambil menginjak pedal rem. Hal itu akan
mempercepat keausan komponen yang berhubungan dengan sistem atau kerja transmisi
otomatik. Pada saat memarkir kendaraan, injaklah pedal rem dan tarik rem tangan. Lalu
pindahkan posisi tuas transmisi ke P agar roda terkunci aman, kemudian matikan mesin.
Bila terjadi kerusakan, harus diakui bahwa transmisi otomatis perawatannya
lebih sulit dibanding manual dan tidak semua bengkel bisa menanganinya. Jadi untuk
lebih jelasnya lebih baik periksa langsung pada bengkel transmisi khusus yang
menangani transmisi otomatis atau bengkel resmi ATPM.
Terakhir gunakan pelumas khusus transmisi otomatis berkualitas persembahan
Pennzoil yakni ATF II E. Pelumas ini diformulasikan khusus
untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi transmisi otomatis modern. ATF II E
memberikan perlindungan terhadap oksidasi temperatur tinggi yang lebih
baik, friksi pada perpindahan gigi yang lebih stabil, dan perlindungan
pada temperatur rendah yang sangat baik.

Pengertian Transmisi Otomatis
Transmisi Otomatis, atau Automatic Transmission merupakan istilah yang umum
digunakan di dunia otomotif.Trans mis i disinipun beda halnya dengan transmisi dalam
bidang telekomunikasi. Walaupun pada hakikatnya memiliki pemahaman yang sama,
yaitu “menyalurkan”. Jika pada bidang telekomunikasi istilah transmisi dapat diartikan
‘menyalurkan informasi’, sedangkan pada bidang Mekanik atau Otomatif, transmisi dapat
diartikan ‘menyalurkan gaya’.Istilah Automatic Transmission dan Manual Transmission
ini pertama kali kudengar dari game-game driving. Penyebutannya pun disingkat menjadi
AT dan MT. Balapan yang menggunakan mode MT, terasa lebih sukar untuk dimainkan
daripada menggunakan mode AT. Pada mode MT, kita harus memikirkan untuk
mengganti gigi transmisi untuk mendapat kecepatan yang efektif. Sedang pada mode AT,
kita cukup menekan tombol gas, setelah itu tinggal berpikir bagaimana berbelok
menyusuri arena balap tanpa banyak menabrak.
Pada kendaraan sebenarnya, Automatic Transmission memiliki beberapa mode.
Mode Parking (P) digunakan jika kendaraan berhenti lama, atau pada saat mobil akan
dinyalakan. Dalam mode Parking ini, mobil akan susah didorong karena roda akan
terkunci untuk berputar. Mode Reverse (R), seperti umumnya mode transmisi, mode R
ini digunakan untuk mundur. Mode Drive (D), merupakan mode yang paling sering
digunakan di kendaraan automatic transmission. Dalam mode ini kendaraan cukup
ditekan tuas throttle, maka kendaraan pun akan meluncur hingga kecepatan maximum
yang kita inginkan. Mode Neutral (N), mode Neutral sama halnya dengan transmisi
manual, mode ini digunakan jika kendaraan berhenti sejenak seperti saat menunggu
lampu merah di persimpangan jalan.
Pada mode Neutral ini tidak perlu khawatir kendaraan akan melompat jika tuas
throttle terinjak. Selain empat mode yang sudah di sebutkan tadi, biasanya dapat
ditambah beberapa mode lagi. Mode ini dapat dinamai dengan berbagai macam kode,
misalkan mode S dan L1, yang terus terang aku kurang mengerti apa makna dari kode itu,
yang jelas, mode ini di gunakan untuk membatasi kecepatan kendaraan terhadap
perputaran mesin. Misalkan kendaraan digunakan untuk menanjak yang panjang atau
untuk menembus genangan air yang tinggi, mode transmasi ini cocok karena perputaran
mesin dapat diset dengan perputaran yang tinggi dan kendaraan tidak melaju terlalu
kencang.Pada kendaraan transmisi otomatis, sama halnya dengan game-game driving AT,
tuas yang diperlukan pun lebih sederhana, yaitu gas dan rem. Bagi yang belum pernah
mengendarai mobil, mungkin solusi Automatic Transmission, bisa menjadi solusi terbaik.
Cukup tekan tuas gas dan kendaraan pun langsung berjalan dengan lancar. Walaupun
secara logika, transmisi otomatis sangat mudah untuk digunakan, tapi lain halnya jika
sudah terbiasa dengan transmisi manual. Ketiadaan tuaskopling, seringkali cukup
mengganggu dalam proses mengendara, terutama saat kendaraan berjalan dari satu lampu
merah ke lampu merah yang lain. Reflex untuk menginjak tuas kopling saat kendaraan
melambat, membuat tuas rem menjadi terinjak di saat yang belum tepat. Kendaraan pun
jadi tersendat-sendat tidak nyaman.

GAYUS SAMPAH IBU KOTA

ajienfathurie@yahoo.co.id
pantaskah orang seperti gayus tambunan dihormati?sedangkan dianya sendiri menginjak-injak masyarakat kecil!
dia itu sampah ibu kota,dia tikus yang menggerogoti harta-harta rakyat.,seharusnya orang seperti dia dimusnahkan,kalau indonesia masih memberi kesempatan kepada orang yang seperti dia,niscaya indonesia tidak akan makmur.,
indonesia akan makmur,akan sejahtera apabila orang seperti gayus tambunan dimusnahkan,dan mafia-mafia lainnya.
semoga indonesia akan menjadi negara yang bersih,aman,dan sejahtera,amien
sgala yang ada didunia ini hanyalah bersifat sementara,tak ada yang abadi,maka dari itu janganlah kita sombong dengan apa yang kita punya,karena semua itu hanya sekedar titipan yang suatu saat akan dimintai pertanggung jawaban,,,,

Selasa, 01 Februari 2011

Sistim Penerangan pada Kendaraan

ajienfathurie@yahoo.co.idIV.

Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Merangkai sistem penerangan dan klakson
a) Merangkai system lampu kepala
• .Adapun cara kerja dari system lampu kepala adalah :
Saat saklar lampu diarahkan pada lampu kepala,maka arus listrik dari baterai akan mengalir ke saklar dim dan diteruskan ke relay. Akibatnya pada kumparan relay akan timbul magnet. Kemagnetan ini menyebabkan terhubungnya kontak pada relay. Dengan demikian arus listrik dari baterai akan mengalir ke lampu kepala melalui sekring,sehingga lampu akan menyala.
• Menguji rangkaian lampu kepala :
Menghubungkan kabel baterai, lalu mengoperasikan saklar lampu kepala dan saklar dim. Dari hasil pelaksanaan lampu jauh dan dekat menyala dengan baik.

b) Merangkai system lampu tanda belok dan hazard
• Sistem lampu tanda belok berfungsi untuk memberi isyarat pada kendaraan yang lain bahwa pengendara bermaksud untuk belok. Sedangkan sistem lampu hazard berfungsi untuk memberi isyarat keberadaan kendaraan dari bagian depan, belakang dan kedua sisi selama berhenti,parker atau dengan kata lain digunakan kendaraan pada saat darurat.
• Cara kerja sistem lampu tanda belok adalah : Arus mengalir dari baterai ke kunci kontak, flasher, saklar lampu dan dari saklar lampu ke lampu tanda belok dan lampu indikator sehingga salah satu lampu tanda belok akan berkedip.
• Cara kerja lampu tanda bahaya adalah : Bila saklar lampu tanda bahaya pada posisi ON, maka arus akan mengalir ke IG kunci kontak, sekering, flasher, dan saklar lampu hazard lalu diteruskan ke lampu, maka keduanya akan menyala.
• Menguji rangkaian lampu tanda belok dan lampu hazard : Menghubungkan rangkaian dengan baterai kemudian mengoperasikan lampu tanda belok dan hazard. Dari hasil praktek lampu belok dan lampu hazard dapat menyala dengan baik.

c). Merangkai lampu kota, belakang dan rem
• Lampu kota dan belakang berfungsi sebagai tanda keberadaan dan lebarnya kendaraan baik yang di depan maupun yang di belakang. Lampu yang di depan disebut lampu kota dan yang di belakang disebut lampu belakang.
• Cara kerja lampu belakang dan rem adalah : Bila arus listrik mengalir dari baterai ke sekering lalu ke saklar lampu kemudian diteruskan ke lampu sehingga lampu menyala. Demikian juga pada lampu rem, bila pedal rem diinjak maka arus dari baterai akan mengallir ke saklar lampu rem dan diteruskan ke lampu sehingga lampu rem akan menyala.
• Menguji rangkaian lampu kota, belakang dan rem : Menghubungkan rangkaian dengan baterai kemudian mengoperasikan saklar lampu kota, belakang dan rem. Dari hasil praktek lampu kota, belakang dan lampu rem dapat menyala dengan baik.

d). Merangkai system klakson
• Cara kerja system klakson : Jika tombol klakson ditekan maka arus dari baterai mengalir ke sekering kemudian ke kumparan relay sehingga kumparan akan timbul kemagnetan dan menghubungkan kontak pada relay, kemudian arus diteruskan ke saklar lalu ke massa. Dengan demikian arus dari baterai akan mengalir ke klakson, sehingga klakson akan bekerja/berbunyi.
• Menguji rangkaian klakson : Pengujian dilakukan dengan cara menghubungkan system klakson dengan baterai kemudian menekan tombol klakson. Dari hasil praktek klakson dapat bekerja dengan baik.







3. Pengujian rangkaian
Setelah selesai merangkai, langkah selanjutnya menguji rangkaian keseluruhan. Dari hasil pengujian, semua rangkaian bekerja dengan baik.
4. Mengembalikan dan merapikan alat dan bahan ke tempat semula.